corak truntumPenjelasanMotif Truntum yang diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana Permaisuri Sunan Paku Buwana III bermakna cinta yang tumbuh kembali. Dia menciptakan motif ini sebagai symbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama semakin terasa subur berkembang tumaruntum. Karena maknanya, kain bermotif truntum biasa dipakai oleh orang tua pengantin pada hari penikahan. Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Kadang dimaknai pula bahwa orang tua berkewajiban untuk âmenuntunâ kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru.
Ragamhias utama semen adalah Garuda, sawat, lar maupun mirong. Contoh motif semen adalah semen jolen dan semen gurdha. b. Motif Lung-lungan Sebagian besar motif lung-lungan mempunyai ragam hias serupa dengan motif semen. Berbeda dengan motif semen, ragam hias motif lung-lungan tidak selalu lengkap dan tidak mengandung ragam hias meru.Batik Mega Mendung Cirebon Ragam hias batik adalah hasil lukisan pada kain dengan menggunakan alat yang disebut dengan canting. Jumlah ragam hias pada batik tradisional Indonesia saat ini sangat beragam baik variasi bentuk maupun warnanya. Pada umumnya ragam hias batik sangat dipengaruhi oleh faktor Letak geografis daerah pembuatan, Sifat dan tata penghidupan di daerah bersangkutan, Kepercayaan dan adat istiadat yang ada di daerah tempat pembuatan batik, Keadaan alam sekitar termasuk flora dan fauna, Adanya kontak atau hubungan antar daerah pembuat pembatikan Unsur-Unsur Ragam Hias Pada sehelai kain batik memuat sejumlah ragam hias yang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian utama yaitu 1. Ornamen Utama Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang menentukan motif tersebut mempunyai makna, sehingga dalam pemberian nama motif batik berdasarkan perlambang yang ada pada ornamen utama ini. Jika ragam hias utamanya adalah Parang maka batiknya biasannya diberi nama Parang. Ragam hias utama banyak sekali macamnya diantaranya meru, api, naga, burung, garuda, pohon hayat, tumbuhan, bangunan, parang dll. 2. Isen-isen Isen-isen merupakan aneka corak pengisi latar kain dan pada bidang-bidang kosong ragam hias. Pada umumnya berukuran kecil dan kadang rumit. Dapat berupa titik-titik, garis-garis ataupun gabungan keduannya. Jumlah isen-isen ada banyak sekali tetapi pada perkembangannya hanya beberapa saja yang masih biasa dijumpai dan masih dipakai pada saat ini. Isen-isen pengisi latar antara lain galaran, rawan, ukel, udar, belara sineret, anam karsa, debundel atau cebong, kelir, kerikil, sisik melik, uceng mudik, kembang jati dan gringsing. Isen-isen pengisi bidang kosong antara lain cecek, kembang jeruk, kembang suruh, kembang cengkeh, sawat, sawut kembang, srikit, kemukus, serit, untu walang. Pembuatan isen-isen memerlukan waktu yang cukup lama bentuk-bentuknya yang kecil dan rumit membututuhkan ketelitian yang tinggi. Penggolongan Ragam Hias Batik Berdasarkan Bentuknya Ragam hias batik berdasarkan bentuknya secara garis besar dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan ragam hias geometris dan non geometris. 1. Ragam Hias Geometris ragam hias geometris adalah ragam hias yang mengandung unsur-unsur garis dan bangun seperti garis miring, bujur sangkar, persegi panjang, trapesium, belah ketupat, jajaran genjang, lingkaran dan bintang yang disusun secara berulang-ulang membentuk satu kesatuan motif. yang termasuk ragam hias geometris adalah a. Motif Ceplok Motif ceplok atau ceplokan adalah motif-motif batik yang di dalamnya terdapat gambaran-gambaran bentuk lingkaran, roset, binatang dan variasinya. Beberapa nama motif ceplok, yaitu ceplok nogosari, ceplok supit urang, ceplok truntum, ceplok cakra kusuma. b. Motif ganggong Banyak orang menganggap motif ganggong adalah motif ceplok, karena sepintas hampir sama. Ciri khas yang membedakan motif ganggong dengan ceplok adalah adanya bentuk isen yang terdiri atas seberkas garis-garis yang panjangnya tidak sama dan pada ujung garis yang paling panjang berbentuk serupa salib. Nama-nama motif ganggong antara lain ganggong arjuna, ganggong madusari, ganggong sari. c. Motif Parang dan Lereng Motif Parang merupakan salah satu motif yang sangat terkenal dalam kelompok motif garis miring. Motif ini terdiri atas satu atau lebih ragam hias yang tersusun membentuk garis-garis sejajar dengan sudut kemiringan 45Âș. Contoh motif Parang dan lereng adalah Parang rusak, Lereng ukel d. Motif Banji Motif banji berdasar pada ornamen swastika, dibentuk atau disusun dengan menghubungkan swastika dengan garis-garis, sehingga membentuk sebuah motif. Nama-nama motif banji antara lain banji guling, banji bengkok, banji kerton, banji lancip. 2. Ragam Hias Non-Geometris Pola non-geometris merupakan pola dengan susunan tidak terukur, artinya polanya tidak dapat diukur secara pasti meskipun dalam bidang luas dapat terjadi pengulangan seluruh motif. Pola yang termasuk keadalam golongan pola non geometris yaitu a. Motif Semen Ragam hias utama yang merupakan ciri motif semen adalah meru, suatu gubahan menyerupai gunung. Meru berasal dari nama gunung mahameru. Hakekat meru adalah lambang gunung atau tempat tumbuh-tumbuhan bertunas Jawa semi hingga motif ini disebut semen. Semen berasal dari kata dasar semi. Ragam hias utama semen adalah Garuda, sawat, lar maupun mirong. Contoh motif semen adalah semen jolen dan semen gurdha. b. Motif Lung-lungan Sebagian besar motif lung-lungan mempunyai ragam hias serupa dengan motif semen. Berbeda dengan motif semen, ragam hias motif lung-lungan tidak selalu lengkap dan tidak mengandung ragam hias meru. Motif lung-lungan diantaranya adalah Grageh waluh, Babon Angrem. c. Motif Buketan Motif buketan mudah dikenali lewat rangkaian bunga atau kelopak bunga dengan kupu-kupu, burung atau berbagai satwa kecil yang mengelilinginya. Berbagai unsur tersebut tampil sebagai satu susunan yang membentuk satu kesatuan motif. d. Motif Pinggiran Motif ini disebut motif pinggiran karena unsur hiasannya terdiri atas ragam hias yang biasa digunakan untuk âhiasan pinggirâ atau âhiasan pembatasâ antara bidang yang memiliki hiasan dan bidang kosong pada dodot, kemben dan udheg. e. Motif Dinamis Motif dinamis adalah motif-motif yang masih dapat dibedakan menjadi unsur-unsur motif, tetapi ornamen didalamnya tidak lagi berupa ornamen-ornamen tradisional, motif ini merupakan peralihan motif batik klasik dan modern.. 92 368 188 102 375 212 401 256